Sholat Istikarah,..Sholat menentukan pilihan

Bismillahirrohmanirrohim,,

Shalat istikharah dilaksanakan ketika dihadapkan pada suatu permasalah agar pilihan kita mantap dan hati kita merasa tenang dengan apa yang kita pilih. Shalat istikharah dapat ketika akan menentukan pilihan pasangan hidup atau perkara-perkara yang lain.

Saudara dan saudariku yang budiman, pernikahan adalah ikatan yang mempertalikan antara kedua pasangan suami-isteri. Memperhatikan supaya memilih isteri atau suami yang tepat adalah fase terpenting dalam permulaan pernikahan, dan dalam hal ini diperlukan kesungguhan yang mendalam untuk mendapatkan suami atau isteri yang tepat dari segala aspeknya. Siapa yang ingin ni’kah, hendaklah dia memilih pendamping hidupnya dengan pilihan yang berlandaskan pengetahuan dan pemikiran yang kukuh serta sangat bersungguh-sungguh untuk beristikharah kepada Allah, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah kepada kita. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Jabir ra, ia menuturkan: Rasulullah mengajarkan kepada kami istikharah dalam segala perkara sebagaimana beliau mengajarkan surat al-Qur-an:

إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعِيشَتِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعِيشَتِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي بِهِ قَالَ وَيُسَمِّي حَاجَتَهُ

`Jika salah seorang dari kalian menghendaki suatu perkara, maka shalatlah dua rakaat dari selain shalat fardhu, kemudian hendaklah mengucapkan: ‘Ya Allah, aku beristikharah kepada-Mu dengan ilmu-Mu, aku meminta penilaian-Mu dengan kemampuan-Mu dan aku meminta kepada-Mu dari karunia-Mu yang sangat besar. Sesungguhnya Engkau kuasa sedangkan aku tidak kuasa, Engkau mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui, dan Engkau Maha mengetahui perkara-perkara yang ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui perkara ini lebih baik bagiku dalam urusan agamaku, kehidupanku, dan kesudahan urusanku -atau urusan dunia dan akhiratku-, maka putuskanlah dan mudahkanlah urusan ini untukku, kemudian berkahilah untukku di dalamnya. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa itu buruk bagiku, baik dalam urusan agamaku, kehidupanku maupun kesudahan urusanku -atau urusan dunia dan akhiratku- maka palingkanlah ia dariku dan palingkanlah aku darinya serta putuskanlah yang terbaik untukku di mana pun berada, kemudian ridhailah aku dengannya.’ Dan hendaklah is menyebutkan hajatnya.” (HR. Bukhari, At-Tirmidzi, An-Nasai dan lainnya)

Di sini ada beberapa perkara penting yang wajib kita perhatikan:

Istikharah dilakukan setelah menunaikan shalat dua rakaat selain shalat shalat fardhu (Tahiyyatul Masjid, atau setelah shalat sunnah lainnya).
Do’a istikharah dilakukan setelah shalat, bukan di dalam shalat.
Boleh mengulang-ulang istikharah, karena ini adalah do’a, dan mengulang-ulang do’a adalah dianjurkan.
Sebagian orang menyangka bahwa setelah melakukan shalat Istikharah, seseorang akan melihat sesuatu dalam mimpinya. Hal ini tidak berdasar. Pada prinsipnya, jika seseorang telah melakukan shalat Istikharah, hatinya menjadi tenang dengan pilihannya, maka tujuan istikharah telah terpenuhi. Bukan seperti yang diduga sebagian orang bahwa jika seseorang tidak bermimpi, maka dia harus mengulangi istikharahnya lagi hingga ia bermimpi.
Shalat Istikharah hukumnya dianjurkan, bukan wajib.
Ibnu `Umar radhiallahu’anhuma berkata: Seseorang benar-benar beristikharah kepada Allah Ta’ala, lalu Dia menjadikan baik pilihannya itu, kemudian dia kesal kepada Rabb-nya, Namun tidak berapa lama kemudian dia melihat bahwa kesudahan yang baik telah dipilihkan untuknya (oleh Allah).’

Panduan Lengkap Nikah dari A sampai Z, Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin ‘Abdir Razzaq. Pustaka Ibnu Katsier

Sumber: http://www.perpustakaan-islam.com

Tips Berjilbab dan Merawat jilbab

Assalamualikum warohmatulloh wabarokatuh,

Jadilah muslimah berjilbab karena kesadaran menaati perintah Allah SWT, sang pencipta manusia. Aturan berjilbab demi kebaikan, karena kasih sayang Allah SWT dan untuk melindungi kehormatan kita dari kaum laki-laki yang lemah imannya, serta untuk membedakan wanita muslim dengan wanita bukan muslim. Jadi, mengumbar aurat dengan memamerkan keindahan tubuh sama saja menggoda lelaki yang lemah imannya.

Berikut adalah beberapa tips berjilbab.

1. Berjilbablah dengan ikhlas untuk mendapatkan
kenyamanan dan Pahala ibadah dari Allah SWT semata

2. Sesuaikan model dan warna jilbab anda dengan suasana,
aktifitas dan busana yang dikenakan

3. Pilihlah jenis jilbab sesuai dengan cuaca,
jika dalam keadaan panas pilih yang tipis
dan pilih yang agak tebal untuk suasana sejuk dan dingin

4. Untuk mendapatkan tampilan ceria,
pilihlah warna atau corak yang terang

5. Untuk kelihatan lebih anggun,
gunakan jilbab yang berwarna lembut atau gelap

6. Jika anda kesulitan memilih warna jilbab,
pilihlah warna netral (hitam, putih, coklat

TIPS PERAWATAN JILBAB AGAR TETEP AWET

1. Simpanlah kerudung dalam lemari atau tempat khusus
dan lipat dengan rapi. Jangan ditumpuk dengan pakaian lain,
agar tidak kusut ketika akan digunakan

2. Cucilah kerudung dengan sabun atau detergent
dan hindari dengan mesin cuci

3. Keringkan kerudung dengan pengering mesin cuci
atau jemurlah. Untuk keawetan warna,
jangan terkena sinar matahari langsung

4. Setrilakah dengan suhu sedang,
jangan terlalu panas

5. Berikan pewangi pada kerudung anda di tempatnya,
agar saat dipakai terasa segar,

Selamat mencoba,,,

Copas rumah Ukhti Nada……

Hijab untuk Muslimah

Seorang muslimah, diperintahkan untuk menutup auratnya ketika keluar rumah, yaitu dengan mengenakan pakaian syar’i yang dikenal dengan jilbab atau hijab. Namun dalam kenyataan masih banyak di antara para muslimah yang belum mau memakainya. Ada yang dilarang oleh orang tuanya, ada yang beralasan belum waktunya atau nanti setelah pergi haji dan segudang alasan yang lain. Nah apa jawaban untuk mereka?

1. Saya Belum Bisa Menerima Hijab
Untuk ukhti yang belum bisa menerima hijab maka perlu kita tanyakan, “Bukankah ukhti sungguh-sungguh dan yakin dalam memeluk Islam, dan bukankah ukhti telah mengucapkan la ilaha illallah Muhammad rasulullah dengan yakin? Yang berarti menerima apa saja yang diperintahkan Allah Subhannahu wa Ta’ala dan Rasulullah? Jika ya maka sesungguhnya hijab adalah salah satu syari’at Islam yang harus dilaksanakan oleh para muslimah. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah memerintah kan para mukminah untuk memakai hijab dan demikian pula Rassulullah Shalallaahu alaihi wasalam memerintahkan itu. Jika anda beriman kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, maka anda tentu akan dengan senang hati memakai hijab itu.

2. Saya Menerima Hijab, Namun Orang Tua Melarang.
Kalau saya tidak taat kepada orang tua, saya bisa masuk neraka. Kepada saudariku kita beritahukan bahwa memang benar orang tua memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia, dan kita diperintahkan untuk berbakti kepada mereka. Namun taat kepada orang tua dibolehkan dalam hal yang tidak mengandung maksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala , sebagaimana dalam firman-Nya, artinya,
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya,” (QS. Luqman:15)
Meskipun demikian kita tetap harus berbuat baik kepada kedua orang tua kita selama di dunia ini. Inti permasalahannya adalah, bagaimana saudari taat kepada orang tua namun bermaksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, padahal Allah Subhannahu wa Ta’ala adalah yang menciptakan anda, memberi nikmat, rizki, menghidupkan dan juga yang menciptakan kedua orang tua saudari?

3. Saya Tidak Punya Uang untuk Membeli Jilbab
Ada dua kemungkinan wanita muslimah yang mengucapkan seperti ini, yaitu mungkin dia berdusta dan mungkin juga dia jujur. Jika dalam kesehariannya dia mampu membeli berbagai macam pakaian dengan model yang beraneka ragam, mampu membeli perlengkapan ini dan itu, maka berarti dia telah bohong. Dia sebenarnya memang tidak berniat untuk membeli pakaian yang sesuai tuntunan syari’at. Padahal pakaian syar،¦i biasanya tidak semahal pakaian-pakaian model baru yang bertabarruj.
Maka apakah saudari tidak memilih pakaian yang seharusnya dikenakan oleh seorang wanita muslimah. Apakah anda tidak memilih sesuatu yang dapat menyelamatkan anda dari adzab Allah Subhannahu wa Ta’ala dan kemurkaan-Nya? Ketahuilah pula bahwa kemuliaan seseorang bukan pada model pakaiannya, namun pada takwanya kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala . Dia telah berfirman, artinya,
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.” (QS. al-Hujurat:13)
Adapun jika memang anda seorang yang jujur, jika benar-benar saudari berniat untuk memakai jilbab maka Allah Subhannahu wa Ta’ala akan memberikan jalan keluar. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah mengatakan, artinya,
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. ath-Thalaq 2-3)
Kesimpulannya adalah bahwa untuk mencapai keridhaan Allah dan untuk mendapatkan surga, maka segala sesuatu akan menjadi terasa ringan dan mudah.

4. Cuaca Sangat Panas
Jika saudari beralasan bahwa cuaca sangat panas, kalau memakai jilbab rasanya gerah, maka saudari hendaklah selalu mengingat firman Allah Subhannahu wa Ta’ala , artinya,
“Katakanlah, “Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)” jikalau mereka mengetahui.”(QS. 9:81)
Apakah anda menginginkan sesuatu yang lebih panas lagi daripada panasnya dunia ini, dan bagaimana saudari menyejajarkan antara panasnya dunia dengan panasnya neraka? Yang dikatakan oleh Allah Subhannahu wa Ta’ala , artinya,
“Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah.” (QS. 78:24-25)
Wahai saudariku, ketahuilah bahwa surga itu diliputi dengan berbagai kesusahan dan segala hal yang dibenci nafsu, sedangkan neraka dihiasi dengan segala yang disenangi hawa nafsu.

5. Khawatir Nanti Aku Lepas Jilbab Lagi
Ada seorang muslimah yang mengatakan, “Kalau aku pakai jilbab, aku khawatir nanti suatu saat melepasnya lagi.” Saudariku, kalau seseorang berpikiran seperti anda, maka bisa-bisa dia meninggalkan seluruh atau sebagian ajaran agama ini. Bisa-bisa dia tidak mau shalat, tidak mau berpuasa karena khawatir nanti tidak bisa terus melakukannya.
Itu semua tidak lain merupakan godaan dan bisikan setan, maka hendaklah suadari mencari sebab-sebab yang dapat menjadikan anda selalu beristiqamah. Di antaranya dengan banyak berdo’a agar diberikan ketetapan hati di atas agama, bersabar dan melakukan shalat dengan khusyu’. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman, artinya,
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. 2:45)
Jika saudari telah memegang teguh sebab-sebab hidayah dan telah merasakan manisnya iman maka saudari pasti tidak akan meninggalkan perintah Allah Subhannahu wa Ta’ala , karena dengan melaksanakan itu anda akan merasa tentram dan nikmat.

6. Aku Takut Tidak Ada Yang Menikahiku
Saudariku! Sesungguhnya laki-laki yang mencari istri seorang wanita yang bertabarruj, membuka aurat dan senang melakukan berbagai kemaksiatan maka dia adalah laki-laki yang tidak memiliki rasa cemburu. Dia tidak cemburu terhadap yang diharamkan Allah Subhannahu wa Ta’ala, tidak cemburu terhadapmu, dan tidak akan membantumu dalam ketaatan, menuju surga serta menyelamatkanmu dari neraka.

Jadilah engkau wanita yang baik, insya Allah Subhannahu wa Ta’ala engkau mendapatkan suami yang baik pula. Engkau lihat berapa banyak wanita yang tidak berhijab, namun dia tidak menikah, dan engkau lihat berapa banyak wanita berjilbab yang telah menjadi seorang istri.

7. Kita Harus Bersyukur
“Oleh karena kecantikan merupakan nikmat dari Allah Subhannahu wa Ta’ala, maka kita harus bersyukur kepada-Nya, dengan memperlihatkan keindahan tubuh, rambut dan kecantikan kita.” Mungkin ada di antara muslimah yang beralasan demikian.

Suadariku! Itu bukanlah bersyukur, karena bersyukur kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala bukan dengan cara melakukan kemaksiatan. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka.” (QS. an-Nur:31)

Dalam firman-Nya yang lain,
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. (QS.al-Ahzab:59)

Nikmat terbesar yang Allah Subhannahu wa Ta’ala berikan kepada kita adalah iman dan Islam, jika anda ingin bersyukur kepada Allah maka perlihatkanlah kesyukuran itu dengan sesuatu yang disenangi dan diperintahkan Allah Subhannahu wa Ta’ala, di antaranya adalah dengan mememakai hijab atau jilbab. Inilah syukur yang sebenarnya.

8.Belum Mendapatkan Hidayah
Ada sebagian muslimah yang mengatakan, “Saya tahu bahwa jilbab itu wajib, namun saya belum mendapatkan hidayah untuk memakainya.” Kepada saudariku yang yang beralasan demikian kami katakan, “Bahwa hidayah itu ada sebabnya sebagaimana sakit itu akan sembuh deng
an sebab pula. Orang akan kenyang juga dengan sebab, yakni makan. Kalau anda setiap hari meminta kepada Allah agar ditunjukkan ke jalan yang lurus, maka anda harus berusaha meraihnya.Di antaranya, hendaklah anda bergaul dengan wanita yang baik-baik, ini merupakan sarana yang sangat efektif, sehingga hidayah dapat anda raih dan terus-menerus terlimpah kepada ukhti.

9.Aku Takut Dikira Golongan Sesat
Ketahuilah saudariku! Bahwa dalam hidup ini hanya ada dua kelompok, hizbullah (kelompok Allah) dan hizbusy syaithan (kelompok syetan). Golongan Allah adalah mereka yang senantiasa menolong agama Allah Subhannahu wa Ta’ala, melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Sedangkan golongan setan sebaliknya selalu bermaksiat kepada Allah dan berbuat kerusakan di muka bumi. Dan ketika ukhti melakukan ketaatan, salah satunya adalah memakai hijab maka berarti ukhti telah menjadi golongan Allah ƒ¹, bukan kelompok sesat.

Sebaliknya mereka yang mengumbar aurat, bertabarruj, berpakaian mini dan yang semisal itu, merekalah yang sesat. Mereka telah terbius godaan syetan atau menjadi pengekor orang-orang munafik dan orang-orang kafir. Maka berbahagialah anda sebagai kelompok Allah Subhannahu wa Ta’ala yang pasti menang.

Jilbab atau hijab adalah bentuk ibadah yang mulia, jangan sejajarkan itu dengan ocehan manusia rendahan. Dia disyari’atkan oleh Penciptamu, kalau engkau taat kepada manusia dalam rangka bermaksiat kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala maka sungguh engkau akan binasa dan merugi. Mengapa engkau mau diperbudak oleh mereka dan meninggalkan ketaatan kepada Allah Subhannahu wa Ta’ala Yang menciptakan, memberi rizki, menghidupkan dan mematikanmu?
Sumber: Buletin Darul Qasim, ” Wa man Yamna’uki minal hijab”, Dr Huwaidan Ismail

[Taken From Buletin Annur]

Copas rumah Yunda Aisyah…syukron

Pengantarku………

Doaku dalam Miladmu…..

Sebenarnya ku tak punya kata-kata mutiara

Di saat kau mau ulang tahun

Atau hadiah intan permata

Atau kue Tart istimewa

Atau indahnya bunga merah yang wangi

Namun….

Ku hanya bisa berdoa untukmu

Di sini jauh kuserukan

Di rumah-Mu..Tuhan

Mudah-mudahan dikabulkan

Segala apa yang kau harapkan

Kota Suci,kamis 24 april 2008

By: AB

Tanya

Buliran itu menetes kembali

Mempertanyakan satu kisi

yang tak terjawab……..

Masih terus mencari dan menanti

Bukannya meragu…

Bukan pula tak yakin…

Hanya menjelajahi jejak

Tiap jangkahan jalan

Masih sempatkah menyemat?

Meski beda menguasai jagad jiwaku….!

Permisif Vs Al Haya`

Artikel ini aku dapat hasil dari membaca sebuah novel yang luar biasa. Sebuah novel yang bisa dijadikan penyemangat hidup.

Permisif isme adalah suatu perbuatan ,sifat, atau sikap yang serba boleh, serba mengizinkan yaitu sikap serba boleh yang menjadikan gaya hidup atau kebiasaan dalam bertingkah laku. Disini halal dan haram, benar dansalah sudah tidak menjadi ukuran, yang menjadi ukuran adalah apa yang baik bagi dirinya, apa yang mereka sukai dan apa yang mereka inginkan.

Kebebasan adalah kunci demokrasi akan tetapi mereka tidak memanfaatkan demokrasi sebagai cara untuk mencerdaskan diri tapi kebebasan untuk bersenang-senang. Kesenangan bukanlah kesalahan, yang salah adalah makna kebebasan bagi remaja itu bersenang-senang.

Sedangkan Al Haya` adalah rasa malu yang dirasakan seseorang sebelum ia melakukan perbuatan dosa. Budaya malu, malu pada diri sendiri, pada orang tua, pada masyarakat utamanya pada Tuhan. Haya` sangat ditekankan dalam ajaran islam.

Adapun perbandingan antara permisifisme dan Al haya`:

Al Haya`:

1.Nilai islami

2.Theosentris

3.Kewajiban asasi manusia

4.Tanggung jawab kepada Allah

5.Budaya malu

6.Menjunjung tinggi norma-norma agama

7.Pembatasan pergaulan pria wanita

8.Hijab

9.Menutup aurat

10.Pelarangan Taqarup al Zina

11.Seks terarah-manusiawi

12.Kepentingan masyarakat

13.Memelihara ,menjaga nafsu

14.Menjaga keturunan/nasab

15.Menjaga kemaluan

16. Menghindarkan aborsi

Sedangkan Permissifisme:

1. Nilai sekuler

2. Anthroposentris

3. Hak asasi manusia

4. Tanpa tanggung jawab kepada Allah.

5. Serba Boleh

6. Norma-norma agama dikesampingkan

7. Pembauran pergaulan pria wanita

8. Tanpa hijab

9. Pamer aurat

10. Free seks tanpa batas

11. Kepentingan individu

12. ke-chaosan masyarakat.

13. Mengagung-agungkan, obral nafsu

14. Tak terlalu menganggap penting

15.Membebaskan kemaluan

16. Membolehkan aborsi

Dikutip dari Novel Kalam Cinta dari Tuhan karya Ali Sobirin El Munanatsy

Kau Ajari Aku Cinta-Nya

Baru saja ku teguk racun

yang hampir membinasakanku

dalam keyakinan hidup

Namun kau datang dengan ketulusan senyum

Lewat sapa lembut nan sopan

Dalam canda tawamu yang renyah

Mampu menjadi penawar untukku

Perlahan tapi pasti itu caramu

aku terbuai dalam perjalananmu

Melenyapkan sisa racun yang sempat membekas

Pada relung jiwaku yang hampa

Tau kah kau….?

Caramu telah melahirkan

Babak baru dalam hidupku

Kejujuran hatitelah mengubahnya

Dia telah ada diantara kehampaan

Tapi taukah kau…..?

Kau mengundangnya dengan bijak

Menuntunku pada indahnya masa

Seindah-indah cinta hanya untukNya

Dan aku benar-benar merasakan itu

Kau menyirami agar menghijau

Dan memupuk dengan RidhoNya

Malamku berderai sudah air mata

Dalam tiap sujud taubatku….

Yang akan ku jaga hingga

DIA melimpahkan ampunan untukku

Agar caramu tak sia-sia

Kau ajari aku CintaNya

yang tak ternilai oleh apapun

Kecuali pahala dan Surga…..

Hongkong, 15 April 2008 pkl:18:15

MEKAH…Kota Perdagangan

Pada abad ke enam Masehi, Mekah menjadi tempat yang sangat penting di Saudi Arabia. Ia menjadi jalur perdagangan internasional. Barang-barang yang datang dari India, seperti rempah-rempah, buah-buahan, gandum, keramik, dan tekstil diturrunkan di pelabuahan Yaman. Dari Yaman barang-barang itu diangkut ke Mekah dengan menggunakan onta bersama-sama dengan produk-produk dari Arab Selatan sendiri, seperti kopi, daun-daunan untuk obat, parfum dan wewangian. Dari Mekah terus dilanjutkan ke Syiria dan kemudian menuju seluruh Jazirah Arab(Mediterania).

Karenanya Mekah menjadi tujuan banyak kafilah Arab dan India. Selain itu, Mekah juga menjadi tempat transit kafilah-kafilah lain yang melakukan perjalanan ke berbagai tujuan di bagian utara. Begitu juga kafilah-kafilah yang datang dari utara. Mereka menjadikan Mekah sebagai tempat transit. Mereka mengganti unta dan kuda. Mereka juga menambah persediaan untuk melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan bagian selatan Laut Arab.

Mekah merupakan pusat pertukaran berbagi barang komoditi, baik bagi bangsa Arab yang menetap maupun yang berpindah-pindah.Mekah juga menjadi pusat penyebaran hasil pertanian serta hasil-hasil produksi bagi Hijaz. Suku-suku itu berdatangan dari tempat-tempat sejauh Arab Tengah bahkan Arab Timur.Mereka bertujuan membeli barang-barang yang tidak ada di daerah mereka. Kebanyakan perdagangan antar suku ini dilakukan dengan sistem barter.

Kaum Quraisy Mekah adalah kaum yang penting di Arab bagian barat. Semua anggotanya adalah pedagang. Dengan melakukan impor sutra, produk-produk dari Afrika Timur dan barang-barang dari India, orang-orang Quraisy berhasil menguasai perdagangan antara Timur dan Mediterania.

Jelas bahwa perdagangan ini tidak hanya menyangkut perdagangan barang-barang mewah. Ada juga perdagangan barang-barang biasa, seperti pakaian sehari-hari, kain-kain, bahan yangdibordir atau ditenun dengan benang mas, kain katun, alat-alat rumah tangga, selimut, krim pewangi tubuh, anggur dan gandum. Sehingga dengan produksi,penjualan, dan penyebaran barang dagangan tersebut menjadikan kaum Quraisy kaya raya.

Kalaupun kaum Quraisy Mekah tidak melakukan perdagangan, mereka masih tetap bisa kaya hanya dengan menjual jasa kepada kafilah-kafilah yang akan menuju ke utara an dan juga ke selatan. “Penjualan” jasa ini bisa dilakukan disepanjang tahun. Karena, mereka bisa juga menjual jasanya kepada orang-orang yang ziarah ke Ka`bah. Meskipun demikian, kebanyakan dari mereka tetap melakukan usaha dalam bidang perdagangan.

Meskipun pedagang Mekah hanya mengirimkan satu kafilah ke Syiria dan satu lagi ke Yaman dalam setahun, akan tetapi banyak kafilah kecil lainnya yang menuju wilayah-wilayah lain Saudi Arabia. Banyak di antara mereka yang bergerak dari Mekah dan banyak juga yang hanya melintas saja. Karenanya, Mekah menjadi sangat ramai dengan keluar masuk kafilah.

Kafilah-kafilah itu berbeda-beda ukurannya. Ada kafilah lokal yang terdiri dari sepuluh unta. Ada juga kafilah internasional yang bisa terdiri dari ribuan unta. Organisasi kafilah ini merupakan industri utama Saudi Arabia.

Di kutip dari Buku Khadijah the Greatest Story of the First-Lady of Islam, karya Syed A.A. Razwy

Hilangkanlah Hasad dalam dirimu

Hasad atau dengki adalah sifat seseorang yang tidak suka orang lain lebih darinya atau tidak suka orang lain mendapatkan kenikmatan Allah baik dengan keinginan kenikmatan tersebut hilang darinya atau tidak, bila disertai perasaan ingin menghancurkan milik orang lain maka ini merupakan hasad tingkat tinggi dan paling jelek, seperti hasadnya Iblis kepada Adam.

Allah memberikan nikmatNya tidak sama pada semua hambaNya, ada yang diberi banyak dan ada yang sedikit. Semua itu untuk menguji kita para hambaNya dalam kehidupan dunia ini. Ujian ini bagaikan api membersihkan dan memisahkan emas dari campurannya. Sehingga dengan ujian ini dapat terlihat mana yang benar-benar beriman dan yang tidak. Oleh karena itu jangan sampai kita kalah dalam ujian tersebut.

Karena perbedaan inilah, sering timbul sifat-sifat jelek hamba Allah terhadap yang lainnya. Lihat awal perseteruan Adam dan iblis, ketika Iblis melanggar perintah Allah untuk sujud kepada Adam disebabkan perasaan hasadnya terhadap Adam. Ia merasa Allah tidak adil dalam perintah tersebut, bagaimana tidak? –menurut Iblis-. Ia yang lebih baik dan pantas dari Adam mendapat kemuliaan tersebut, kok malahan diminta sujud padanya, sampai ia mengatakan:

”Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. (QS. 7:12)

Perseteruan itu ada disebabkan hasad kepada Adam yang telah Allah muliakan. Akibatnya Allah kutuk Iblis dan menjadikannya musuh anak Adam sampai hari kiamat.
Demikian juga permusuhan orang kafir terhadap kaum mukminin, sehingga mereka mengerahkan segala kekuatan dan daya upaya untuk menjauhkan kaum mukmin dari keimanan, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firmanNya:


“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguh-Nya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. 2:109)

Sifat hasad lainnya ini dapat digambarkan dengan contoh, misalnya tetangga kita memiliki kelebihan harta benda, atau anak atau istri yang cantik jelita atau memiliki kedudukan dan nama baik dimasyarakat, lalu kita iri dan dengki kepadanya, baik berusaha jelek merusaknya ataupun tidak. Sifat hasad ini dapat membuat orang berbuat dzolim kepada tetangganya, bahkan juga menggosip dan menjelek-jelekkannya didepan orang lain. Tentu ini akan menjadikan suasana bermasarakat yang tidak kondusif dan buruk sekali.

Masih banyak lainnya bahaya yang ditimbulkan dari sifat hasad ini, oleh karena itu marilah kita berusaha menanggalkan dan menghilangkannya

copas dari rumah Akhi Abu Muslim Salafi, syukron ya akhi artikelnya….

Bahasan tentang Berwudhu

Islam mengajarkan pemeluknya untuk selalu hidup bersih dan juga suci, oleh karena itu Islam agama yang indah dan agama yang menyukai keindahan, ini terbukti ketika kita diperintahkan untuk melepaskan sepatu dan sendal jika masuk ke dalam masjid, ini terbukti juga ketika kita di perintahkan untuk mandi besar jika kita mempunyai hadats besar, dan yang lebih spektakuler lagi adalah Islam memerintahkan umatnya untuk berwudhu.

Berwudhu sangat banyak sekali menfaatnya, selain sebagai syarat sahnya sholat, wudhu juga sebagai penenang hati dan juga mengubur rasa marah, jika kita marah, maka wudhu lah, insya Allah marah itu akan hilang dengan kesejukan air wudhu yang mengalir disetiap anggota tubuh kita, rasakanlah bagaimana nikmatnya ketika air wudhu itu menjalar masuk ke pori-pori, yang bisa menentramkan jiwa yang sedang kalut dan resah. Wajah ini akan bersinar seolah-olah kita memakai bedak yang mahal harganya, tetapi tidak, beda sama sekali, padahal orang yang berwudhu sangat lah indah untuk dipandang dan bisa jadi aura yang keluar dari orang itu akan besar sekali, dikarenakan seringnya ia berwudhu.

Wudhu ini disebutkan didalam al-Qur’an yang mulia secara terperinci berbeda sekali dengan sholat dan zakat, yang penyebutannya tidak secara terperinci di dalam al-Qur’an, contohnya, perintah sholat, perintah sholat ini kita tidak di jelaskan secara terperinci di dalam al-Qur’an, tetapi hanya menjelaskan tentang kewajiban sholatnya saja begitu pun dengan zakat, Allah berfirman dalam surat al-Maidah ayat 6, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”. jadi melalui inilah kita mengetahui bahwa wudhu adalah sangat istimewa sekali tempatnya, tidak kalah dengan sholat dan zakat, oleh karena itu janganlah sia-siakan berwudhu. Lebih bagus lagi adalah kita selalu memperbaharui wudhu, walaupun kita tidak ingin melakukan sholat alangkah indahnya jika kehidupan kita selalu terjaga wudhunya, sehingga hati kita terjaga dan juga diridhoi oleh Allah amin.

Wudhu mempunyai rukun-rukun yang harus kita penuhi dalam melaksanakan ibadah berwudhu, masalah jumlahnya, para Ulama ada yang berbeda, madzhab asy-Syafi’iyah menyatakan bahwa wudhu mempunyai enam rukun, tetapi berbeda dengan kalangan madzhab al-Hanafiyah, yang menyatakan bahwa rukun wudhu mempunyai empat perkara, hal ini sesuai dengan apa yang terkandung di dalam surah al-Maidah ayat 6, jika madzhab asy-Syafi’iyah di tambahkan dengan niat dan tertib saja, sehingga berjumlah enam perkara. Selain itu jumhur al-Ulama atau mayoritas ulama menyatakan bahwa rukun wudhu ada enam perkara, sama seperti statement Imam Syafi’I, Oleh karena itu penulis menjelaskan rukun wudhu yang enam, agar semuanya bisa dijelaskan, baik kalangan Syafi’iyah maupun kelompok Hanafiyah.

01. Niat

Niat adalah sebuah ketetapan hati untuk melakukan sesuatu dan menghadirkan perbuatannya di dalam hati, sehingga ia sadar bahwa ia sedang berwudhu. Oleh karena itu niat bukanlah di lafadz kan melalui lisan, tetapi terbersit di dalam hati, lalu bagaimana dengan niat wudhu yang pernah kita temukan di buku-buku yang menjelaskan tentang niat berwudhu dengan lafal yang masyhur itu, biasanya niat ini dilakukan di saat kita mencuci kedua telapak tangan sebelum berwudhu, maka lafal ini sering kita ucapkan, tetapi itu hanyalah sebagai pengarah kita agar niat yang sebenarnya di dalam hati yang berbarengan dengan membasuh wajah bisa terlaksana, sama juga di dalam sholat yang niat sebenernya adalah ketika berbarengan dengan takbir al-ihram bukan sebelum takbir al-ihram.

Rukun yang paling pertama menurut madzhab Syafi’I adalah niat, Imam Syafi’I mengatakan di dalam kitabnya yang sangat fenomenal dan menjadi rujukan seluruh ulama yang bermadzhab Sayfi’I yaitu al-Umm, beliau menyatakan, “Tidak sah wudhunya seseorang kecuali dengan adanya niat, cukup dengan sebuah perkataan niat, saya niat berwudhu untuk menyucikan dari hadats,” selain itu juga dikarenakan niat merupakan awal dari segala perbuatan. Sedangkan menurut madzhab Hanafi, bahwa niat ini bukanlah rukun akan tetapi merupakan bagian dari sunnahnya wudhu, contohnya ketika kita masuk di kolam yang penuh dengan air (seperti kolam renang) maka sudah otomatis kita berwudhu, walaupun sebelumnya tidak ada niatan sama sekali untuk berwudhu, karena disaat kita berada di dalam air, seluruh anggota yang diwajibkan untuk berwudhu, sudah terkena basuhan air, ini menurut imam Hanafi.

02. Membasuh wajah

“Maka basuhlah mukamu“, Para Ulama sepakat bahwa batasan membasuh muka adalah dengan rincian sebagai berikut:

– Bagian atas wajah, dibatasi dengan tempat tumbuhnya rambut kepala
– Bagian kanan dan kiri wajah, dibatasi oleh pentil telinga
– Bagian bawah wajah, dibatasi dengan janggut

03. Membasuh kedua tangan
“tanganmu sampai dengan al-Marafiq (siku)”, sebagian orang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan al-Marafiq pada surat Maidah ini adalah pergelangan tangan, yaitu tulang yang menonjol di samping telapak tangan, akan tetapi yang dimaksud dengan al-Marafiq di ayat tersebut adalah siku alias sikut. Dan semua umat Islam –alhamdulillah- sudah mengetahui hal itu sehingga mewajibkan membasuh tangan hingga siku, dan bahkan ada sebagian muslim melebihkannya hingga kepundak, karena basuhan wudhu yang mengalir di bagian tubuh kita, agar terang seperti cahaya pada hari akhirat nanti. Dan yang terakhir adalah membasuh tangan kiri dahulu, setalah itu baru kemudian membasuh tangan yang sebelah kiri, secara bergantian.

04. Menyapu rambut atau kepala

“Imsahu (Sapulah) kepalamu”, lafal imsahu dalam ayat itu menuai banyak perbedaan para ulama, ada yang mengatakan lafal imsahu mempunyai makna sebagian, pendapat ini keluarkan oleh madzhab Syafi’I, berbeda dengan madzhab Maliki, yang menyatakan bahwa , lafal imsahu memiliki arti sama seperti membasuh, sehingga menurut imam Maliki pengertian menyapu rambut adalah semuanya alias seluruh rambut haruslah terkena air.

05. Membasuh kedua kaki

“(basuh) kakimu sampai dengan al-Ka’bain (kedua mata kaki)”, kita mendahalukan yang kanan dan kemudian yang kiri. al-Ka’bain adalah dua tulang yang menonjol dan terletak di samping kaki yang kita kenal dengan mata kaki, berbeda dengan ulama kontemporer yang terdahulu mengartikan al-Ka’bain dengan al-‘aqib yang berarti tumit (dengkul), hal ini sama seperti prasangka sebagian orang.

06. Tertib

Imam Syafi’I menyatakan bahwa tertib atau berurutan adalah termasuk rukun wudhu, karena ingin mengikuti surat al-Maidah tersebut, berbeda dengan Imam Maliki, tertib bukanlah termasuk rukun wudhu, sehingga wudhunya tetap sah jika kita mendahulukan kaki ketimbang wajah, dan lain sebagainya.

Begitulah rukun wudhu yang wajib kita lakukan, dengan sempurnanya rukun wudhu yang kita lakukan ini maka kita bisa melakukan sholat, thawaf di Baitullah dan membaca al-Qur’an. Oleh karena itu sempurnakanlah wudhu kita, dengan memperhatikan betul apa yang dirukunkan dalam berwudhu, jangan sampai kita menyepelekannya sehingga ada rukun wudhu yang kurang sempurna pada akhirnya rusaklah wudhu kita dan tidak sah lah sholat kita.

Penulis juga akan menyebutkan beberapa sunnahnya berwudhu agar lebih sempurna dan afdhol-nya wudhu kita, sunnah wudhu ada 10 perkara, yaitu:

01. Membaca bismillah di awal sebelum memulai wudhu
02. Membasuh dua telapak tangan dengan cara menggosok-gosokkannya
03. Menyela-nyelai di antara jari-jari baik jari kaki maupun jari tangan
04. Berkumur-kumur, menyedot air dengan hidung, dan mengeluarkan air dengan hidung, tiga kali berturut-turut, sedangkan bagi orang yang berpuasa boleh melakukan hal itu tetapi jangan sampai berlebihan, dikarenakan akan membatalkan wudhu.
05. Membasuh wajah tiga kali dengan cara menggosok-gosokkannya
06. Menyela-nyelai jenggot, jika kita orang yang berjenggot tebal
07. Membasuh kedua tangan hingga siku tiga kali dengan cara menggosok-gosokannya, dan juga m
embasuh lengan atas.
08. Menyerapkan air ke pori-pori kepala ketika menyapuh kepala
09. Menyapu kedua daun telinga tiga kali
10. Membasuh kedua kaki hingga lutut tiga kali dengan cara menggosok-gosokkannya, serta juga membasuh betis.

Demikian lah penjelasan dari penulis, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi kita semua, amin

—————————-
Oleh: Ibnu Saduki al-Bekasi (Kitab Mashadir: “ al-Kalim al-Thayyib fatawa ‘Isyriyyah” karya Prof. DR. Ali Jum’ah [Mufti Mesir])

Syukron Akhi Adi artikelnya…